Tampilkan postingan dengan label Save Street Child Surabaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Save Street Child Surabaya. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Januari 2015

SURAT PESAN DARI HATI



Pernahkah kamu memahami quote ini, Nak?
            Family isn’t always blood. It’s the people in your life who WANT you in theirs; the ones who ACCEPT you for who you are. The ones who would DO ANYTHING to see you smile and who LOVE YOU NO MATTER WHAT.

Terserah orang mengatakan hubungan kita sebagai kakak-adik asuh atau orang tua-anak asuh. Yang jelas, kami merasa perlu ikut bertanggung jawab menjagamu, Nak. Juga mengusakanmu untuk menerima hakmu sebagai anak, seperti makanan, pendidikan, perlindungan, kesehatan, bermain, rekreasi, dan masih banyak lagi.

Gambar diambil dari https://twitter.com/SSChildSurabaya/status/535307389700816897


Nak, bagiku engkau tetaplah anak-anak seperti anak lainnya. Anak-anak yang berkesempatan sama untuk mengasah bakat dan mewujudkan minatmu.

Nak, tetaplah untuk bersyukur dengan apa yang diberikan oleh-Nya. Anggota tubuh yang lengkap dan kesehatan harus tetap disyukuri kan? :) *aku ingat lho, dulu kamu pernah mengatakan padaku tentang hal ini* Teman-temanmu di luar sana banyak, yang sejak lahir mengalami gangguan pada organ-organ tubuhnya, ada yang susah bernapas, bocor pada jantungnya, dan lainnya, dan sayangnya mereka banyak yang tidak bertahan hidup karena mereka tidak bisa menanggung besarnya biaya pengobatan dan perawatan.

Jadi, tidak ada alasan untuk tidak bersyukur kan, walaupun kamu harus ikut bekerja supaya dapat makan hari ini dan sekolah?

Nak, tetaplah untuk ‘melihat ke bawah’ jika itu mengenai harta dan tahta, tapi teruslah untuk ‘melihat ke atas’ jika itu mengenai ilmu pengetahuan, Nak.

Kami tahu betapa ingannya kamu sekolah dan bermain tanpa bekerja, seperti anak-anak seumuranmu lainnya. Tapi, percayalah bahwa keadaanmu saat ini, akan memberimu banyak manfaat. Lihatlah, kamu menjadi anak mandiri dan tangguh. Kamu tidak malu menjajakan secara keliling barang-barang daganganmu hingga habis terjual, dan hebatnya, kamu bisa berangkat sekolah keesokan harinya dengan PR-PR mu yang banyak itu telah kamu selesaikan. I’m so proud of you :).

Jika ada orang yang memandangmu sebelah mata, bantahkanlah anggapan mereka yang merendahkanmu itu dengan prestasi-prestasimu, bukan dengan baku hantam. Mematahkan anggapan buruk orang dengan prestasi akan membuatmu lebih classy :). Orang berpendidikan itu tidak suka main tangan dan setiap perkataannya adalah manfaat bagi yang lainnya. Jadi, stop berbicara kasar, membentak, dan membantah ya, Nak, sekalipun jika ada yang mengingatkanmu dengan cara yang tidak kau sukai.

Nak, di luar sana ada banyak sekali pilihan yang bebas kau pilih. Tapi, tolong pilahlah sebelum kau memilih, mana yang baik dan buruk, mana yang akan membuatmu menjadi cerdas dan mana yang hanya akan membodohimu, dan mana yang akan mengangkat derajatmu dan menurunkan derajatmu sebagai mahkluk cipatan-Nya yang paling sempurna. Jika kamu berada di persimpangan antara pilihan-pilihan yang ada, bertanyalah, Nak. Jangan sampai kamu memutuskan sendiri dan ternyata keputusanmu membawamu pada kegelapan.

Nak, tegurlah kami dan orang yang lebih tua darimu jika kami dan mereka salah dan tidak menepati janji. Bukan kami dan mereka sengaja melakukannya, tapi kami dan mereka juga manusia yang bisa melakukan kesalahan kapanpun, baik yang disengaja, maupun tidak disengaja. Ambillah, hal-hal positif dan abaikan hal-hal buruk yang ada pada kami dan mereka. Jadi, jika suatu saat ada orang yang lebih tua darimu membuang sampah sembarangan, bukan berarti dia memintamu untuk mengikutinya membuang sampah di sembarang tempat; mengajakmu bermain di saat waktu jam sekolah sehingga membuatmu membolos sekolah, bukan berarti kamu tidak bisa menolaknya dan mengingatkannya bahwa kesempatan untuk dapat sekolah tidak bisa didapat semua anak sehingga kesempatan ini harus digunakan sebaik-baiknya; bahkan jika ada yang merokok, minum minuman keras, dan memakai narkoba di depanmu, bukan berarti dia menyuruhmu untuk masuk dalam dunia NAPZA.

Ingatlah pesanku untuk meMILAH dahulu sebelum meMILIH! :)

Nak, maaf ya, jika kami (aku) tidak bisa selalu menemani hari-harimu. Bukan berarti kami tidak sayang padamu, kami kadang hanya bisa mengikuti perintah atasan-atasan kami untuk segera menyelesaikan deadline *curhat*. Tapi, sungguh, doa kami untuk kalian tidak pernah putus. Semoga kalian selalu diberi kesehatan dan semangat tanpa batas untuk berjuang meraih cita-cita kalian, bagaimanapun keadaan kalian saat ini. Percayalah bahwa setiap ada kemauan, pasti ada jalan! :)
 
Gambar diambil dari meetvilee.com


Selamat tahun baru 2015, Naaaaak :). Selamat menjalani hari dengan syukur, keceriaan, dan semangat untuk menjadi insan yang lebih baik :)



NB:
Tulisan ini saya dedikasikan untuk adik-adik Save Street Child Surabaya. Terima kasih untuk kebersamaan dan segalanya, dan maaf atas segala kesalahan selama satu tahun ini (2014). I love you so much! :*
Ohya, selamat tahun baru juga, bloggy! :D :D :D

Kamis, 11 September 2014

Dengarkan Mereka! :)


Halo bloggy!

Siang ini,nggak sengaja saya menemukan dua video berikut!

Those are really touch my heart. How awesome all of them. Please, listen to these music using your heart. Dan itu semua akan terasa mengaharukan sekali.

Ya, mereka cinta tanah air Indonesia ini apapun yang terjadi dengan Indonesia sekarang, pun mereka 'terabaikan' oleh pemerintah.

Tapi semua keadaan saat ini, tidak membuat mereka berhenti bermimpi dan berusaha mewujudkannya.

Keren sekali ya? :)
Iya dong, mereka semua memang anak-anak keren dan hebat. I'm proud of them dan tiada yang lebih membahagiakan selain diberi kesempatan oleh-Nya untuk mengenal, berbagi cerita, dan dekat dengan mereka :)

Ya, saya pernah merasa tertampar oleh salah satu dari mereka. Dia mengatakan bahwa dia bersyukur dengan hidupnya saat ini walaupun dia putus sekolah dan harus berjualan mainan kitiran di Taman Bungkul untuk membantu orang tuanya bertahan hidup. Dia BERSYUKUR karena TELAH MEMILIKI anggota tubuh yang lengkap! Seketika itu saya langsung speechless.

Hey you, ya all of you, I love you so much! Doaku selalu menyertai kalian, semoga mimpi kalian bisa menjadi nyata, aamiin :)

Mari kita membangun cerita, cerita aku, kamu, menjadi kita dan taklukkan dunia, seperti dalam lirik lagu yang telah kamu nyanyikan ini! :)

Kamis, 24 April 2014

Kebahagiaanku, Kebahagiaanmu, Bahagianya Kita :)

Hallo bloggy :)

By the way, do you still remember about these -bekel, gobak sodor, mariam-mariam, kucing dan tikus-?

Ya, itu semua adalah permainan-permainan tradisional, permainan-permainan saya dan mungkin beberapa bloggy mainkan saat masih kecil dan mungkin saat ini dirindukan.

Jujur ya, saya kangeeen sekali dengan permainan-permainan semacam itu, termasuk patekong, petak umpet, lompat tali karet, cublek-cublek suweng, dan entah apalagi namanya. Saya sangat merindukannya!

Seingat saya, permainan tradisional terakhir yang saya mainkan adalah bekel dan lompat tali karet saat saya kelas 2 SD.

Kasihan banget ya? Hahahaha, kata para volunteer pengajar Save Street Child Surabaya, masa kecil saya sangat kurang bahagia, masa permainan gratis gitu aja ga dimainkan :D.

Saya kalem aja dibilang begitu karena saya tidak pernah merasa kurang bahagia. Meski tidak punya waktu untuk bermain, saya merasa bahagia dengan masa kecil saya (dan sekarang tentunya).

Saya bahagia walau masa kecil saya dihabiskan untuk belajar ulangan harian yang tiada hentinya dan segala PR sekolah karena saya bisa bahagia karena mendapat nilai yang cukup baik (zaman SD-SMP, alhamdulillah, saya tidak bego-bego banget, tapi kalau SMA, jangan ditanya. Baca saja ini :(). Saya sadar kalau saya tidak cerdas, maka modal utama saya ya ketekunan supaya saya dapat berada di baris depan.

Mengapa saya bilang ulangan harian dan PR yang tiada henti?
Sejak TK hingga SMA, saya sekolah di Yayasan Pendidikan PT Kertas Leces Persero, yayasan milik pabrik tempat bapak saya bekerja, yaitu Taruna Dra. Zulaeha. Sekolah ini menerapkan ulangan harian dan pemberian PR setiap hari, dari jenjang pendidikan SD-SMA, dimana jadwalnya telah sangat terorganisir (jadi tidak ada istilah ulangan mendadak di sekolah saya). Setiap bulan, saya mendapat jadwal yang diketik dan ditandatangani kepala sekolah itu. Kemudian, saya menyalinnya di buku KOSS (baca Ko S S). Setiap hari, ibu saya tanda tangan di buku itu, pun bila ulangan dibagikan, lalu saya menuliskannya di buku KOSS itu.

Setiap bulan pun saya menerima laporan bulanan berisi nilai-nilai mata pelajaran hasil ulangan-ulangan harian dan PR saya. CUKUP dengan melihat nilai berwarna hitam di laporan bulanan itu, saya merasa bahagia :). Makin bahagia kalau mendapat uang banyak dan hadiah dari orang tua, hahaha, karena nilai-nilai saya. Pssst, orang tua saya tidak keberatan lho mengeluarkan uang Rp 10.0000 untuk nilai 100, Rp 9.000 untuk nilai 90-99, dan Rp 8.000 (kalau ga salah) untuk nilai 80-89, setiap ulangan harian untuk menyemangati saya belajar :). Zaman segitu, iming-iming segitu mah menggiurkan sekali :D. Bisa dibayangkan berapa rupiah uang yang saya dapatkan dari ulangan-ulangan harian saya yang saya 'rindukan' sekarang ini, jika dalam sebulan, jadwal ulangan harian saya mencapai 25 kali? :D :D :D

Aah, saya merindukan masa itu, walau mungkin terkesan menyeramkan :D...

Saya bahagia walau malam minggu saya dihabiskan untuk mengerjakan PR matematika, atau mengerjakan latihan-latihan soal atas inisiatif saya sendiri karena jika nantinya saat guru saya menjadikan soal-soal itu sebagai PR, maka saya dapat bebas dan merasa menjadi 'malaikat penolong' karena hasil pekerjaan saya akan keliling kelas :D.

Saya bahagia walaupun saya harus selalu bangun sangaaat pagi agar tidak terlambat sekolah, seperti yang saya ceritakan di sini karena dengannya, saya bisa menjadi teratur seperti saat ini :).

Saya bahagia walau liburan sekolah saya 'hanya' dihabiskan dengan makan Holanda Coco Bear sambil bercerita apa saja dengan orang tua saya.

Sungguh 'sederhana' hal-hal yang membuat saya bahagia, atau mungkin saya terlampau mudah menciptakan bahagia (?) :).


Apalagi setelah saya melihat keadaan adik-adik Save Street Child Surabaya yang keadaannya tidak 'lebih baik' dari saya. Mereka sering tidak masuk sekolah karena kelelahan berjualan, sedangkan saat di usia mereka, saya dapat belajar dan mengerjakan PR dengan semangat dan tenang karena tidak kelelahan telah berpanas-panas dan berhujan-hujan demi rupiah. Saya dapat sampai sekolah tepat waktu karena bisa istirahat cukup, tapi adik-adik ini sering terlambat masuk sekolah karena mereka masih mengantuk saat bangun pagi karena tidurnya sudah terlalu larut malam, menunggu dagangannya habis terjual semua.

Semua perbedaan antara keadaan saya dan adik-adik ini yang membuat saya makin bersyukur dengan masa kecil saya yang katanya kurang bahagia :).


Okeee, mari kembali ke cerita awal saya yaaa, mengapa saya mendadak bertanya tentang permainan tradisional di awal posting.

Selasa tanggal 22 April, saat saya mengajar adik-adik Save Street Child Surabaya di Taman Bungkul, kami memainkan permainan-permainan itu. Sebenarnya, kemarin adalah jadwal kami untuk belajar matematika, tapi karena ada huru-hara, akhirnya kami bermain bekel, dilanjut dengan kucing dan tikus, lalu mariam-mariam (lama tidak bermain mariam-mariam, saya sukses melupakan keberadaan permainan ini -.-).

Senaaang sekali rasanya bisa bermain permainan-permainan itu karena selain mengobati kerinduan memainkan permainan-permainan itu, saya, sesama volunteer pengajar, dan adik-adik menjadi lebih akrab dan kompak :D. Misalnya, saat kami bermain kucing dan tikus, kami bekerja sama melindungi 'tikus' agar tidak tertangkap 'kucing'. Dan, wooow, kami berhasil melindungi 'tikus' hingga membutuhkan waktu yang sangaaat lama untuk mengakhiri permainan ini karena 'tikus' berlari sangat gesit, bahkan hingga ada adik yang mengatakan, "Haduh, kesel aku mbak ngadek thok kaet maeng" (itu ejaannya benar ga ya? :D Artinya, "Haduh, aku capek mbak daritadi berdiri terus") :D.

Sungguh, kemarin malam adalah malam yang membahagiakan, kami banyak tertawa, bahkan kami dapat tertawa lepas.

Kami dapat sangat bahagia tanpa 'kemewahan', bagaimana denganmu bloggy? :)

Sabtu, 01 Maret 2014

Missing You Soooooo Bad

Sudah tiga kali berturut-turut, aku absen mengajar adik-adik Save Street Child Surabaya di Taman Bungkul. Rasanya kangeeeeen banget sama mereka, ga enak bangeeeeet, kayak ada yang hilang gitu...

Ini kali pertama dan semoga terakhir, aku absen ngajar (tapi sekalinya absen lama -.-). Mulai dari pertama kali aku gabung, aku selalu datang dikegiatan mengajar (kalau acara seperti piknik asik dan taman kata, aku memang ga pernah ikut, jumat sehat baru sekali ikut yang bener-bener ikut dari awal sampai akhir, sedangkan gathering pengajar, aku baru sekali ikut). Sebenarnya, aku pengin tetap bisa mengajar, tapi memang belum sekarang, se-ga-nya sampai minggu depan.

Ada beberapa orang yang bertanya mengapa aku mau mengajar padahal anak-anaknya 'menakutkan' dan padahal ga dibayar, malah ngeluarin uang. Mengapa aku mau berkorban buat orang yang bukan siapa-siapaku.

Sebenarnya, mereka bukan anak-anak yang menakutkan. Mereka sama seperti anak-anak yang lain, hanya keadaan dan lingkungan yang membuat mereka tampak berbeda dengan yang lainnya. Mereka sebenarnya adalah anak-anak manis, hanya lingkungan yang tidak mengajarkan mereka bersikap sopan dan bertutur-kata lembah-lembut. Maka dari itu, saya ingin membantu mereka menjadi anak-anak yang manis dan menunjukkan pada orang-orang yang mengganggapnya sebelah mata bahwa mereka BISA sama seperti anak-anak lainnya :). KALAU BUKAN KITA, SIAPA LAGI? *eaaaaa, nyontek jargonnya Save Street Child Surabaya :D*

Jujur, saat pertama mengajar, saya kaget, mereka tidak jarang membantah jika diingatkan, kata-kata kasar pun dengan mudah keluar dari mulut mereka. Tapi, saat ini, saya sudah sedikit terbiasa. Mereka membutuhkan teguran jika melakukan itu semua dan membalas bantahan mereka dengan kasih sayang, layaknya kita menyayangi saudara kita.

Susah ya? Lumayan, butuh kesabaran. Ga capek? Alhamdulillah, ga. Bener deh, mereka itu merupakan mood booster saya. Rasanya saya selalu punya kekuatan untuk terus menyiapkan bahan/permainan untuk pertemuan berikutnya, walaupun saya baru dapat mengerjakannya pada malam hari. Mereka membuat saya berarti karena kehadiran saya serasa dibutuhkan oleh mereka. Eits, jangan mikir yang muluk-muluk dulu! :D Sederhana saja, saat belajar dan mereka menghampiri saya untuk menanyakan tugas sekolah mereka atau mereka memberi feedback atas umpan yang saya beri, itu rasanya Subhanallah banget *senang luar biasa, capek hilang semua deh* :).

Ketika kita memberi materi, lalu mereka antusias atas penjelasan kita, atau ketika raut wajah gembira saat mereka mengerjakan evaluasi (soal) yang kita beri melalui permainan (untuk metode penyampaian materi dan evaluasi pengajaran, saya merasa sangat terbantu dengan ini), atau bahkan saat mereka mengatakan 'Kak, besok belajar lagi ya?' itu benar-benar menyenangkan dan tidak dapat digantikan oleh apapun. Mungkin terkesan lebay, but sure, they are my everything :). Makanya, saya sedih banget karena beberapa pertemuan terakhir ini, saya (terpaksa) absen.

Intermezo sebentar yaaa :)
Ini adalah gambar PIXEL MATH yang saya gunakan untuk mengevaluasi pemahaman materi matematika mereka (kelas V SD).

Ini soalnya, sengaja saya cetak warna-warni agar menarik dan setiap lembar berisi satu soal agar tidak terkesan banyak soalnya :). Saya hanya mengatakan, "Kakak punya permainan. Gampang banget kok, kalian tinggal jawab pertanyaan yang sudah kakak cetak warna-warni ini dengan benar. Kalau jawaban kalian benar, kalian akan mendapati kalimat pada lembar jawaban". Dengan semangat mereka mengerjakan soal sebanyak 59 soal. Dan mereka sangat enjoy karena tidak 'terlihat' jumlah soalnya.

Bayangkan jika soal dicetak warna hitam dan disatukan menjadi selembar HVS penuh? Waaaah, stres duluan deh. Soal UN matematika aja cuma 40 soal, lha ini cuma permainan kok soalnya sampai 59 soal, hahahaha :D

And this is the answer sheet :) Mereka dapat menjawab dengan benar sehingga mereka menemukan kalimat yang tersembunyi di lembar jawaban itu, yaitu "I ❤ SSCS". SSCS adalah singkatan dari Save Street Child Surabaya :).


Sedangkan ini adalah gambar PIXEL MATH yang saya gunakan untuk mengevaluasi pemahaman materi matematika murid les privat saya (kelas I SD).

Karena masih kelas I SD, maka soalnya pun 'hanya' seputar penjumlahan dan pengurangan dan berkisar 1 hingga 99. Soal saya tulis menggunakan kertas bufalo warna kuning dan hijau. Dia semangat loh :)

Daaan, lembar jawaban membentuk kalimat "I ❤ MATH". Saya sengaja memilih kalimat "I ❤ MATH" karena saya juga ingin memberi sugesti positif pada murid saya bahwa matematika adalah hal yang menyenangkan. SO, LET'S MAKE MATH PART OF OUR LIFE :). Matematika juga merupakan hal yang mudah karena tanpa kita sadari, kita telah melibatkan matematika dalam hidup kita, misalnya saat membeli makanan dan minuman di kantin. Bukankah inti dari matematika HANYA penjumlahan dan pengurangan? Kedua hal tersebut sangat mudah kan?:)
Murid saya ini mewarnainya menggunakan 2 warna, sesuai dengan warna soal. Jika soal berwarna hijau, maka dia akan memberi warna hijau di kotak jawabannya, begitu pula jika soalnya berwarna kuning. Maka dari itu, lembar jawaban ini berwarna hijau dan kuning, seperti warna soalnya :)


Balik lagi ke topik nih:
Mungkin, kebahagiaan bersama mereka yang membuat saya tidak merasa rugi karena harus 'bekerja' untuk mereka tanpa bayaran. Saya rasa, kebahagiaan yang saya terima dari kebersamaan dengan mereka adalah bayaran yang jauh lebih dari cukup. Boro-boro merasa rugi, saya malah bersyukur dan banyak belajar dari mereka. Misalnya mengenai kemandirian dan 'keras'nya hidup ini. Saya yang tidak perlu panas-panas atau bahkan hujan-hujan demi rupiah, masih sering kurang bersyukur. Sedangkan mereka, anak-anak kecil, harus panas-panas dan hujan-hujan lebih dahulu untuk mendapat uang agar mereka bisa makan dan diizinkan untuk belajar bersama kami, masih bisa tersenyum tulus dan tertawa lepas.

Mereka ini ga jarang loh belajar sambil membawa barang dagangan mereka. Bahkan di daerah belajar yang lain, ada anak yang dapat mulai belajar jika barang jualannya telah terjual habis. Rasanya itu yaaa Masyaallah, kasihan sekali :(. Bahkan ada yang ga pakai sandal. Suatu saat, saat murid les privat saya melihat foto beberapa adek-adek Save Street Child Surabaya ini



bertanya, "Loh, Bu, ini kok ga pake sandal?". Disinilah kesempatan saya mengajarkan murid saya itu untuk bersyukur karena mereka dapat bersekolah di sekolah yang sangat baik, bisa les apapun bahkan dengan mendatangkan guru ke rumah, dapat makan apapun dan kapanpun tanpa harus berjualan terlebih dahulu, liburan bahkan bisa sampai ke luar negeri, dan atas kemewahan lain yang mereka dapatkan. Cara bersyukurnya, 'cukup' dengan belajar yang rajin dan berprestasi. Sekarang, murid saya itu cukup sering bertanya, "Ibu habis ini mau baksos?" setelah saya mengajar mereka di sore hari karena mereka tahu saya mengajar di Taman Bungkul pukul 19.00.

Adik-adik, terima kasih karena kalian telah membuat hidupku lebih berwarna, semoga kita masih bisa bertemu dan bersama sampai kapanpun, aamiin :)

Semangatmu 'Menohokku' :)

Hari Minggu tanggal 23 Pebruari lalu, seperti biasa, saya mengajar adik-adik Ambengan Karya yang tergabung di komunitas Save Street Child Surabaya (sebenarnya, jadwal mengajar di Ambengan Karya adalah setiap Hari Minggu dan Senin, tapi saya hanya bisa mengajar Hari Minggu). Seperti biasa, adik-adik begitu bersemangat untuk belajar walaupun waktu belajar saat itu dilakukan saat jam enak-enaknya tidur siang (pukul 14.30). Mereka rela belajar dengan keadaan yang penuh sesak karena memang tempat belajarnya tidak terlalu besar sehingga kurang bisa memberi ruang gerak yang seharusnya diterima siswa yang sedang belajar. Belum lagi, usia dan jenjang pendidikan mereka yang beragam, dari TK sampai SMP kelas 3, ada di sini, sehingga tidak mengherankan jika suasana belajar di sini berisik. Tidak hanya berisik karena sahut-sahutan antara suara pengajar yang satu dengan yang lain, tapi juga suara adik-adik yang masih TK, SD kelas I dan II, bahkan yang sudah kelas besar pun masih ada, yang saling berebut tempat duduk, bertengkar, dan sebagainya.

Diantara sekitar 60 anak yang bersemangat belajar tersebut, ada satu anak perempuan yang membuat saya 'tertohok'. Namanya Linda. Dia baru kelas I SD, tapi semangat belajarnya luar biasa. Dia masih ikut belajar, saat badannya demam. Meskipun saya tidak menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuhnya, saya yakin suhu tubuhnya di atas normal.

Awalnya, saya tidak tahu jika dia demam, tapi dari awal, saya sudah merasa ada yang beda dari Linda yang biasanya. Dipertemuan itu, mata Linda agak merah (mungkin karena saking panasnya suhu tubuhnya). Saya pikir, dia habis nangis, ternyata ga. Waktu saya pegang tangannya, panas sekali.

Linda sangat antusias saat saya menanyakan hari itu dia mau belajar apa. Di daerah pembelajaran Ambengan Karya, pengajar mengikuti kemauan adik-adik dalam menentukan pelajaran yang akan dipelajari/dibahas saat itu. Jika adik-adik membawa tugas dari sekolah, ya mari dikerjakan di sini :). Jadi, sistem pembelajarannya seperti les privat, tidak seperti les secara klasikal di suatu lembaga bimbingan belajar, meski tidak selalu 1 pengajar meng-handle 1 adik (mengingat keterbatasan jumlah pengajar). Pembelajaran di Ambengan Karya ini berbeda dengan pembelajaran di tempat mengajar saya yang lain, yaitu Taman Bungkul. Di Taman Bungkul, para pengajar telah menentukan secara bersama-sama materi apa yang akan diajarkan/diberikan di setiap pertemuan. Biasanya, jadwal pelajaran/kegiatan telah ditentukan untuk kegiatan pembelajaran selama satu bulan kedepan. Meski demikian, pembelajaran di Taman Bungkul tidak berarti tidak dapat membantu/mengizinkan adik-adik yang membawa tugas sekolah. Mereka boleh bertanya/mengerjakan tugas sekolah saat pembelajaran, tapi jika tugas tersebut telah selesai dikerjakannya, dan masih ada waktu untuk belajar sesuai tema/pelajaran yang ditetapkkan, mereka DIMINTA segera mengikuti pembelajaran tersebut, tapi jika waktu belajar telah selesai, mereka dapat pulang atau bermain, seperti yang lain, tanpa mengikuti pembelajaran materi/tema hari itu.

Dan hari itu, Linda ingin belajar matematika karena dia tidak ada tugas dari sekolah dan merasa materi operasi pengurangan matematika kurang dipahaminya. Linda meminta saya membuatkan soal. Saat itu, saya tidak membawa/menyiapkan permainan yang dapat menarik perhatian anak-anak untuk belajar matematika, maka saya hanya membuat sepuluh soal penjumlahan di bukunya. Mengapa 'hanya' sepuluh soal? Karena mengerjakan banyak soal dapat menjenuhkan, terlebih bagi orang yang sakit. Waaah, bisa-bisa trauma duluan deh kalau besok-besok belajar matematika :D.

Sepuluh soal itu dikerjakan oleh Linda dengan benar semua *kaget sekaligus kagum kan. Alasan dia meminta belajar matematika karena kekurangpahamannya. Lah ini sudah benar semua kok masih merasa belum paham. Merasa pahamnya kalau bagaimana?*. Ternyata kesepuluh soal tersebut belum membuatnya puas sehingga dia masih terus meminta saya membuatkan soal hingga hari itu, dia mengerjakkan 30 soal matematika. Dan sebenarnya 30 soal itu masih belum membuatnya puas, tapi karena waktu belajar telah berakhir, maka Linda hanya dapat berkata, "Kak, besok belajar kayak gini lagi lho ya?"

Wiiiiih, keren ya? Dia ga bosan, padahal soalnya cuma ditulis di buku dan ditulis ga pakai bolpoin warna-warna (seperti saya biasa mengajar, agar menarik :)). Dia juga terlihat melupakan sakitnya, two thumbs up deh buat Linda. Saya jadi mikir kalau obat dan bentuk refreshing-nya Linda adalah mengerjakan soal matematika :D.

Saat belajar itu, Linda masih bisa hingga berkali-kali mengingatkan adiknya untuk serius belajar lhooo... *makin salut!*

Disitulah saya merasa disindir oleh anak kecil. Anak kecil, SD kelas I, SAKIT, tapi MASIH BELAJAR di tempat yang ga senyaman di sekolah. Saya apa kabar waktu kuliah? Remaja akhir, sehat, ruang kelas luas, tapi kadang males kuliah -______-.

Memang kita bisa belajar dan mencari role model dari siapapun, termasuk dari anak kecil. Sejak saat itulah, saya berusaha untuk ga malas, meski sekarang sudah lulus kuliah, tapi bukan berarti malas belajar kan? Kan katanya pingin kuliah lagi? *nanya ke diri sendiri :D* Pingin dapet beasiswa pula katanya? *hih, rasain tuh pertanyaannya makin mak jleb-jleb :D*



Sejak saat itu, saya mulai berusaha lebih rajin untuk belajar persiapan kuliah (lagi), belajar pelajaran SD untuk materi mengajar di komunitas Save Street Child Surabaya maupun mengajar les privat, atau untuk hal lainnya, rajin menulis di blog dan mencoba di media lagi, dan/atau ikut lomba menulis lagi, dan rajin beribadah (singkat kata, mau memenuhi janji ini pada diri sendiri).

Pokoknya STOP MALAS! Kalau ngikutin malas ya ga ada habisnya dan ga bisa buat kita jadi lebih baik.