Minggu, 08 Desember 2013

I'm The Third Winner :)

Hei bloggyyyyyy :)

Seneng banget waktu kemaren tau dapet juara 3 lomba review buku 'Don't Worry To Be A Mommy!'Kalau pengen tau bukunya kayak apa, mending baca postingku sebelumnya, yang judulnya BEING A MOTHER? SIAPA TAKUUUT :) *promosi :)

Seneng sih, meski juara III, lah soalnya saingannya ibu-ibu, hahahaha *kan buku parenting, anak sekarang mana mau baca begitu -apaan sih makin ga nyambung

Waktu tau pengumuman tentang ada lomba review buku trus lihat hadiah2nya sebenernya yang paling pantes aku punya adalah boneka (hadiah juara III), selain buku-buku :D Juara kedua handuk. Oke, bisa aku pake meskipun punya stok handuk banyak :D Juara pertama jumpsuit bayi. Jujur, ini bikin bingung. Lah married aja belum, apalagi punya bayi, lha kok jumpsuit? Tapi trus mikir, oke, bisa aku pakaikan buat bayiku nanti (yaaa, 3 tahun lagi lah yaaa, Insyaallah :))

Eh ternyata Allah sesuai prasangka hamba-Nya beneran. Aku juara III. Hahaha, sebenernya antara ga percaya sama ngarep. Ngarep jadi juara pertama malahan, meski hadiahnya jumpsuit :D Dimana-mana, juara I lebih baik+lebih keren daripada juara II dan juara III. Tapi so far, menangnya aku ini, bikin aku bersemangat untuk menulis. Se ga nya karena ada orang yang mengapresisi tulisanku *lebay

Sebenernya, dari dulu, aku suka nulis, tapi ya sekedar curhatan ga bermakna. Kepikiran buat nerbitin buku, tapi berakhir dengan rancangan-rancangan di kertas-kertas, yang sekarang entah dimana :D

Semoga ini menjadi awal bagiku untuk (kembali) giat menulis hal-hal yang bermakna, bermanfaat, dan menginspirasi orang lain, aamiin :)

Ini bukti aku juara III review buku *pengumumannya di website penerbitnya :)

Trying to show My Love :)

My mother is a poem. I’ll never be able to write, though everything I write is a poem to my mother –Sharon Doubiago

Ya, pernyataan itu bener banget. Setuju banget!

Meski begitu, sekarang, aku mau bikin sedikit tulisan buat wanita luar biasa yang telah 9 bulan menjagaku dalam kandungan yang sehat sehingga membuatku nyaman di dalam dan hadir di dunia ini dengan selamat dan sehat wal’afiat, 22 tahun bersamaku, menjagaku dari orang-orang atau hal-hal buruk, menguatkanku saat aku down, merawatku ketika aku sakit, membimbingku untuk menjadi insan lebih baik baik, dalam berpikir dan bersikap, dan masih banyak kebaikan lain, yang diberikannya padaku, tanpa imbalan :).

Setidaknya, melalui tulisan ini, wanita yang kumaksud mengetahui bahwa aku mencintai dan menyayanginya juga. Sehingga, wanita tersebut tidak akan berpikir bahwa cinta dan kasih sayangnya tak berbalas. Ya meski lagi-lagi, seberapa panjang aku menulis untuknya, tidak benar-benar menunjukkan dalamnya rasaku padanya. May only God knows how deep my love to her :).

She is my great mother
:)

Ibu, betapa bangganya aku memilikimu, semoga engkau juga bangga padaku :). Aku sayaaaaaaang sekali padamu, semoga sayangku tidak seperti pepatah ‘kasih sayang ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah’ :).

Ibu, maafkan aku belum bisa menjadi seorang anak yang ideal untuk ibu yang luar biasa sepertimu. Aku belum bisa menjadi anak seperti yang kau harapkan melalui nama yang kau berikan padaku –Anugrah Rahmayani, belum menjadi anak seperti dalam doa-doa yang engkau sampaikan pada Allah diakhir shalat wajib dan sunahmu, diantara adzan dan iqomah dilima waktu shalat, bahkan sepanjang harimu (saat engkau melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah yang tiada habisnya, melalui dzikirmu).

Ibu, engkau tidak pernah sekalipun membandingkanku dengan anak-anak dari ibu-ibu lain yang lebih baik dariku, bahkan menceritakan kelemahanku pada orang lain. Engkau selalu berhasil menciptakan kebahagiaan dalam dirimu, dengan selalu bersyukur atas apa yang telah kau miliki (termasuk memiliki anak sepertiku –yang memiliki banyak kekurangan). Engkau memilih untuk mendoakanku karena hanya Allah yang dapat mebolak-balikkan hati manusia, dan mengingatkanku untuk terus menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat bagi banyak orang, daripada mengeluhkan hal-hal yang kurang kau harapkan dariku. Engkau berhasil ‘menghijaukan rumputmu’ sehingga membuat orang lain ingin memiliki ‘hijaunya rumputmu’, sehingga pepatah rumput tetangga lebih hijau, tidak berlaku bagimu.

Ibu, aku hanya dapat menyampaikan terima kasih untuk semua yang telah kau berikan dengan tiada henti :). Aku menyayangimu selalu, walau tidak bisa kukatakan setiap saat. Semoga rasa sayangku bisa sedikit memperkuat quote dari Mildred B. Vermont “being a mother is one of the highest salaried jobs, since the payment is pure love”.



Putrimu yang selalu menyayangimu,

Anugrah Rahmayani

Selasa, 26 November 2013

BEING A MOTHER? SIAPA TAKUUUT :)

Judul : Don’t Worry To Be A Mommy!
Penulis : dr. Meta Hanindita
Penerbit : Stiletto Book
Halaman : 171



Buku keempat Meta Hanindita yang akhirnya berhasil aku dapatkan, baca, dan review berjudul DON’T WORRY TO BE A MOMMY!. Dari pertama lihat gambar sampul bukunya di google, sudah bikin ngiler buat beli. Asli, sampulnya menarik banget, colorfull! :) Alhasil, besoknya langsung cari di toko buku, ketemu, dibeli deh :). Langsung lanjut dibaca, masa bodohlah dikomentari ‘wah bacaanmu ibu-ibu banget’ atau ditanya sama sesama pembeli buku ‘wah, sudah mau punya anak ya?’. Nah loh, memangnya baca buku parenting nunggu sudah married dan jadi ibu? Gak kan, baca itu untuk nambah wawasan, jadi nanti kalau mengalami hal yang serupa, gak bakal bingung atau bahkan takut karena gak ngerasa sendiri. Tuh buktinya, penulisnya juga ngalamin. Buku karangan Meta ini kan berdasarkan pengalamannya alias BASED ON TRUE STORY :).

Buku Don’t Worry To Be A Mommy! terdiri dari enam chapter. Meta berhasil menuliskan pengalaman-pengalamannya sejak ia dinyatakan positif mengandung, dengan runut, termasuk gangguan-gangguan yang muncul (seperti gangguan jantung hormonal saat hamil –yang telah dengan sukses membuat Meta cuti sampai melahirkan, terserang baby blues syndrome setelah melahirkan, hingga produksi ASI nya yang sangat sedikit padahal Meta telah membulatkan tekad untuk memberikan ASI selama dua tahun pada putrinya), penyebab munculnya, hingga tips-tips dalam menghadapi gangguan-gangguan tersebut, dengan bahasa yang sederhana. Maka, buku ini sangat mudah dipahami oleh siapapun, sekalipun bukan seorang dokter anak.

Untuk memperjelas penjelasannya, Meta cukup banyak menyertakan gambar. Misalnya gambar breastpump, freezer khusus ASIP, Denver II chart, dan masih banyak lagi. Jujur, banyak sekali barang yang disebutkan Meta di buku ini, yang tidak saya ketahui wujudnya (mungkin karena saya belum menjadi ibu :)). Tapi karena Meta menyertakan gambar barang-barang tersebut, saya jadi tahu, dan bergumam ‘oalah, ini yang namanya breastpump, dan bla bla bla...’, karena ternyata barang-barang tersebut pernah saya temui, tapi saya tidak mengetahui istilahnya :). Sayangnya, gambar-gambar tersebut hitam-putih. Saya rasa, akan lebih jelas jika gambar yang sedikit rumit, seperti Denver II chart dicetak warna :).

Yang membuat buku ini semakin menarik adalah adanya pesan moral yang Meta selipkan diantara penggalan pengalaman hidupnya. Diantaranya, Meta mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas kesehatan yang Tuhan anugerahkan pada kita karena ternyata banyak anak (pasien Meta) yang harus berjuang melawan penyakit, tetapi tetap bisa ceria bahkan saling memberi semangat untuk menjalani pengobatan yang menyakitkan. Meta juga mengingatkan kita untuk selalu berprasangka baik pada orang lain karena setiap tindakan pasti dilakukan atas semangat untuk memberikan yang terbaik untuk anak karena setiap ibu sesungguhnya menyayangi anaknya, hanya cara dan bentuk ungkapan kasih sayang itulah yang berbeda, antar ibu :).

Dapat saya simpulkan bahwa Meta Hanindita menulis buku ini dengan semangat untuk membantu, menguatkan, dan meyakinkan para ibu dan calon ibu dengan berbagi pengalamannya, yang saat ini telah menjadi ibu, juga seorang calon dokter anak (sehingga Meta juga memberikan pembahasan secara ilmiah) bahwa menjadi ibu itu seru meski tidak mudah. Let’s, KEEP CALM AND WE WILL BE A GREAT MOMMY :).