Minggu, 23 Maret 2014

Pre Wedding Rush Stars Contest

Helo helo helo hai, my dearest readers of my blog *hahaha, sok-sok punya pembaca setia*! :D

Lama ya, saya tidak menulis di blog? Ahahaha, maafkan saya yaaa. Sebenarnya ada buanyak hal yang ingin saya ceritakan, tapiiiii... *mulai deh cari-cari alesan :D*

Saat ini, saya akan mem-post-ing tentang khayalan saya. Yaaa, khayalan tentang para aktor dan aktris, yang dimiliki oleh negeri Indonesia ku tercinta ini, yang akan memerankan tokoh-tokoh, JIKA SAYA MENDAPAT KESEMPATAN untuk MEMFILMKAN novel Pre Wedding Rush karya Okke Sepatumerah. Sebagai seorang yang memegang kendali penuh atas terciptanya film tersebut (film pertama yang akan saya director-i), tentu saja, saya ingin film saya tersebut menjadi film yang luar biasa, cetar membahana badai halilintar *mulai lebay*. Sayang dong kalau jalan ceritanya sudah kece badai alias sangat bagus, tapi menjadi biasa saja karena pemilihan para aktor dan aktris yang kurang tepat. Maka dari itu, di film ini, saya juga berperan sebagai casting director. Pemilihan para aktor dan aktris ini meliputi kemampuan akting dan perawakan (penampakan secara luar/fisik). Kedua hal tersebut menurut saya saling menunjang/melengkapi :).

Karena posting saya ini dibuat dalam rangka mengikuti PreWedRush Stars Contest yang disponsori oleh Cotton Ink dan Stiletto Book dengan host Luckty Giyan Sukarno :). Sponsor kontes ini kece-kece kaaan? Bagaimana ga kece kalau sponsornya sebuah clothing line dan penerbit buku yang mendedikasikan diri menerbitkan buku-buku fiksi maupun nonfiksi yang berkaitan dengan dunia perempuan? :)

Hahaha, pasti pada pengen ikutan juga. Ayo, ikut aja bloggy, masih ada waktu kok buat beli bukunya (yang belum beli :P), membaca, lalu ikut kontes ini. Pssst, meski sudah ada banyak review novel ini kalau bloggy ketik 'review novel Pre Wedding Rush karya Okke Sepatumerah' di google, SERIUS, bloggy ga akan dapat feel novel ini :D. Makanya, ayo beli bloggy *kak Okke, itungan belakangan yaaa, kan aku sudah bantuin promosi :D :D :D* :D.

Daaan, setelah saya memikirkan dengan masak-masak siapa saja para aktor dan aktris terbaik Indonesia sehingga pantas memerankan tokoh film pertama saya tersebut, saya memutuskan sebagai berikut :D :D :D *drumroll* *para aktor dan aktris dag-dig dug :D*.

1. Tokoh Lanang
Lanang adalah seorang pria yang sebenarnya menyukai kebebasan. Bagaimana tidak menyukai kebebasan jika tiba-tiba Lanang keluar dari pekerjaannya sebagai production manager di sebuah production house ternama di Jakarta. Ia jenuh, dan katanya ia tidak bisa menolak hasrat dari dalam dirinya untuk menghabiskan hidupnya di ‘jalan’ dengan memotret?

Kebebasan yang disukainya juga tersurat saat dia menjawab pertanyaan Menina "Pasti lo membutuhkan waktu lama untuk memutuskan menikah, Nang. Ya kan?". Saat itu Lanang menjawab "Konsep membawa orang lain masuk dalam kehidupan gue itu bener-bener bikin gue mimpi buruk berminggu-minggu. Gue ngebayangin hidup gue bakal kayak di penjara, nggak bisa mengambil keputusan berdasarkan apa yang gue suka dan mau".

See, bagaimana bisa menikah sebegitu menakutkan baginya? Meski saya belum menikah, setahu saya, menikah dapat membuat segalanya menjadi indah karena kehidupan kita juga dilengkapi dengan cinta di jalan yang benar, meski sangat mungkin di tengah jalan nantinya, kerikil dan batu kita ditemui, tidak melulu berada pada aspal bahkan jalan tol yang bebas hambatan :).

Secara fisik, Lanang sempat berambut gondrong (saat belum menikah) meski akhirnya saat ini penampilannya lebih rapi (kan sudah ga gondrong lagi rambutnya dan menurut Menina Lanang saat ini berpakaian dengan lebih rapi (halaman 14) :)), badannya atletis (visualisasi saya Lanang berbadan tinggi besar sehingga saat bersalaman, genggamannya terasa kokoh dan hangat).

Maka dari itu, saya memutuskan REZA RAHADIAN berperan sebagai Lanang :).

Lanang suka berpetualang dan gaya Reza Rahadian, cukup mewakili tokoh Lanang. Lanang berambut gondrong, meski Reza tidak pernah berambut yang jelas-jelas gondrong, tapi Reza berambut yang menurut saya (yang mengartikan rambut pendek adalah rambut cepak sehingga menganggap laki-laki berambut lebih dari potongan cepak adalah berambut gondrong :D) tergolong gondrong. Ya nanti saat Reza berperan Lanang saat ini, yang rapi, diakalin ajalah, kan ada hair styling supaya terkesan pendek dan rapi :D.

Style Reza seperti ini cukup mewakilkan tokoh Lanang yang anak 'jalan', suka berpetualang, dan kebebasan kan?


Nah, kalau begini juga mewakili Lanang yang saat ini telah rapi kan, tapi tetap casual? :)


Lanang juga seorang yang suka menikung -___________- (menurut saya, tapi semoga memang begitu *agak maksa*). Kebetulan, Reza Rahadian pernah berperan sebagai pria yang suka bermain perempuan di film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan aktingnya sangat bagus disitu, maka semakin yakinlah saya memilih Reza Rahadian untuk memerankan tokoh Lanang :).

2. Tokoh Menina
Menina adalah seorang wanita yang tidak beda jauh dengan Lanang. Dia seorang wanita mandiri dan suka berpetualang (kalau istilah berpetualang terkesan ekstrim, ya diganti dengan berpergian atau traveling juga boleh :)). Dia wanita yang tidak terlalu ambil pusing dengan segala printilan khas perempuan. Saya membayangkan gambaran seorang Menina adalah wanita dengan benda-benda yang bernama kaos, jeans, kemeja dan celana kain untuk acara formal, misalnya saat mengajar (Menina adalah seorang dosen), flat shoes, dan ransel.

Meski demikian (mandiri dan menyukai traveling ala ransel (bukan koper), dia wanita yang layaknya wanita, yang membutuhkan pria.

Dan saya memutuskan ATIQAH HASIHOLAN memerankan tokoh Menina :).

Beberapa kali, saya melihat akting Atiqah yang apik. Atiqah pernah berperan sebagai wanita independent lengkap dengan gaya busananya tanpa printilan khas wanita di film Jamilah dan Sang Presiden. Bagaimana tidak independent jika ia berperan sebagai Jamilah korban perdagangan manusia, lalu mengalami berbagai fase kehidupan yang menyedihkan? Coba saja baca ini.

Penampilan Atiqah Hasiholan seperti gambar berikut cukup mewakilkan tokoh Menina kan? Cantik meski casual :)


3. Tokoh Dewo
Dewo adalah seorang pria dewasa yang cool, pengertian, perhatian, dan penuh dengan kasih sayang *sempurna!*.

Saya tidak bisa banyak bercerita tentang Dewo karena Dewo tidak terlalu banyak berperan. Tapi sekalinya berperan, saya selalu berkesimpulan "Gila, keren, gentleman, so sweet, dan segala kesempurnaan lain yang 'seharusnya' dimiliki pria untuk seorang drama queen seperti saya :D, nih orang!".

Dengan demikian, saya memilih RIO DEWANTO memainkan peran Dewo :).

Mengapa Rio Dewanto? Karena Rio Dewanto sampai saat ini banyak memerankan tokoh protagonis, ke-laki-laki-an, bak super hero kaum hawa, dan saya menyukai dengan sangat aktingnya :) *percayalah bahwa saya menuliskan ini bukan karena saya fans beratnya, saya hanya berusaha melihat secara obyektif melalui track record/pengalaman aktingnya :D*. Secara fisik, Rio seorang pria berpenampilan rapi dali seperti Dewo yang diceritakan di novel. Maka? Ya maka saya tidak memiliki sebuah alasan pun untuk tidak memercayakan peran Dewo pada Rio Dewanto :).

Bagaimana Rio Dewanto seperti ini, mengagumkan bukan? :D :D :D


4. Tokoh Sigit
Sigit adalah seorang pria berambut panjang dan lengan kanannya dipenuhi tatto.

Mungkin seperti ini


Maka, saya memilih TORA SUDIRO memerankan tokoh Sigit :).

Selain karena dirinya telah bertato, dia juga (pernah) berambut panjang dan lurus yang dapat diikat di bagian leher seperti ini


Saya sengaja memilih aktor yang telah bertato untuk memerankan tokoh Dewo. Tokoh Dewo diceritakan memiliki tato yang memenuhi lengan kanannya. Saya sebagai 'sutradara' mengerti bahwa tidak semua aktor rela lengannya ditato untuk mendukung perannya :) *sutradara pengertian*. Maka, saya memutuskan memilih yang telah ada. Dan saya rasa memilih Tora Sudiro untuk memerankan tokoh Dewo tidak salah karena Tora juga seorang aktor, meski debutnya lebih banyak di komedi. Aktingnya bagus dan dia dalam kehidupan kesehariannya yang saya ketahui dari TV, cukup menyayangi istrinya. Seperti hubungan Dewo dengan istrinya yang tidak ada kemesraan berlebihan, sudah seperti layaknya sahabat (halaman 98).

Saya pernah menonton sebuah acara dimana Tora sebagai bintang tamu. Di acara itu, dia mengatakan bahwa dia selalu lupa tanggal ulang tahun istrinya, tapi istrinya biasa saja, tidak marah. Coba kalau pasangan yang sangat mesra, lupa ulang tahun, bisa jadi masalah, hahaha :D

5. Tokoh Ayako
Ayako adalah seorang perempuan asal Jepang, tapi sudah lancar berbahasa Indonesia. Ayako memerankan tokoh yang tidak saya ketahui maksud dia sebenarnya apa. Sudah bersuami, tapi menyukai dan akhirnya menikah dengan teman prianya, teman yang terlibat pembuatan buku seni rupa Indonesia.

Dia berperan antagonis, setidaknya tersirat dari sikapnya yang hampir selalu menganggap tidak adanya mantan teman pria nya tersebut. Pendapat saya tentang Ayako adalah egois dan centil.

Akhirnya, saya menentukan LENNA TAN memerankan tokoh Ayako :).

Alasan saya memilih Lenna Tan adalah wajahnya yang oriental, layaknya orang Jepang dan debutnya diseni peran adalah cenderung memerankan tokoh antagonis. Maka, Lenna Tan pasti dapat memerankan tokoh Ayako dengan sangat memukau :).


Dari fotonya aja sudah terlihat keren memerankan tokoh Ayako kan? :)

Bloggy setuju kaaan sama pendapatku tentang aktor-aktris pilihanku untuk memerankan tokoh-tokoh di novel Pre Wedding Rush? :)

Ohya, kalau mau kasih saran boleh kok. Saya akan menerimanya dengan senang hati dan selamat untuk para aktor dan aktris yang terpilih :).

Bye bloggy :)

Sabtu, 08 Maret 2014

Yeay :D

Hellooooo bloggy :D

Bloggy tau kan kalau minggu lalu, aku ikut lomba ini?

Nah, alhamdulillah, aku juara IV :)


Sebenernya aku tau lomba itu sudah lama, sejak info lomba itu diumumkan tanggal 20 Pebruari. Dan aku SANGAT INGIN IKUT karena ya memang aku suka nulis, topik kontesnya juga aku sukai, dan sudah mbaca novelnya dengan merelakan sekian rupiah untuk membelinya (ane ga minjem bloggy :)), kan sayang kalau ga dicoba buat ikut contest-contest sebagai kompensasi sudah membeli novelnya :D *ga mau rugi :P*. Kali aja menang, kan kalau menang jadi balik modal, hahaha :D.

Ditambah lagi hadiahnya menarik hati saya yang suka sepatu, meski aku ga sampai geek sama sepatu :D.

Naaah, tapi karena mood untuk nulis ga kunjung datang, alhasil aku baru ngerjakan di hari terakhir kontes ini dilakukan (bahkan itupun sebenernya belum terlalu mood, agak maksa juga sih buat nulis :D). Bahkan aku baru selesai ngerjakan beberapa menit sebelum jam 12 malam! Gila banget deh kejar-kejaran banget sama waktu. Tapi aku cukup puas dengan saran-saranku tentang sepatu untuk para tokoh di novel itu (Pre Wedding Rush). Termasuk cukup puas dengan caraku menyampaikan saran.

Nah, pemenang kontes ini diumumkan hari Selasa tanggal 4 Maret 2014 jam 12.00. Aku yang sudah penasaran sama hasilnya, sudah mantengin twitter dan blog Mbak Okke Sepatumerah, sang penulis novel ini, sejak jam 12 kurang, hahaha :D. Trus pasang alarm HP pula, takut lupa kalau mesti nengok hasil pengumuman kontes ini :D :D :D.

Seneeeeeng banget bisa menang kontes nulis lagi setelah beberapa kali kalah dalam kompetisi nulis. Rasanya mood nulis mendekat lagi padaku, mood nulis yang telah pergi meninggalkanku tiba-tiba beberapa waktu lalu sekarang kembali lagi padaku :D.

Semoga ini bisa jadi moodboosterku untuk bisa terus belajar menulis, aamiin :)

Minggu, 02 Maret 2014

Pre Wedding Rush Perfect Shoes Contest

Hello bloggy!

Kalian tau kan novel Pre Wedding Rush karya seorang penggemar sepatu berwarna merah (kayaknya sih gitu, namanya di novel aja ada 'sepatumerah' nya gitu, padahaaal? :P *sotoy*), Kak Okke Sepatumerah? Novelnya bagus loh, aku sempet membik-membik waktu sampai di bagian Yogyakarta teeeeercinta ;). Ayo bloggy, cepet beli bukunya biar ga 'sumpah mati aku jadi penasaraaan, lalalala' *mbacanya pakai nada ini, hahahaha :D*.

Nah, kali ini, novel ini sedang mengadakan kontes, namanya kontesnya PRE WEDDING RUSH PERFECT SHOES CONTEST :) *ya ya ya, aku tau kok pasti bloggy juga mikir sama kayak aku 'gile, panjang bener nama kontesnya, hahaha :D', tenang-tenang I know so well kok bloggy, makanya aku tau kalau bloggy mikir gitu meski bloggy ga cerita ke aku*. Hadiahnya keren gila loh bloggy, yaitu voucher belanja dari shoeline kece, Wondershoe dan paket buku dari penerbit buku yang mendedikasikan diri menerbitkan buku-buku fiksi maupun nonfiksi yang berkaitan dengan dunia perempuan, yeay Stiletto Book dari Yogyakarta :D.

Gimana, keren kan hadiahnya? Bloggy pasti pengen ikutan kan? Hayooo ngaku *sambil kedip-kedipin mata*. Nah, kalau bloggy pengen ikutan, tengok dan pahamilah ini. Oke? :)

Ada lima tokoh yang berperan penting dalam munculnya novel ini (tokoh yang berperan munculnya bagian pembukaan, klimaks, sampai penutup). Pengen tau seperti apa mereka? Lanjutkan baca tulisan ini ya bloggy sampai selesai! Ohya, aku juga bakal sekalian nebak model sepatu para tokoh, kan aku posting ini memang dalam rangka mengikuti Pre Wedding Rush Perfect Shoes Contest :D. And here they are! :)

1. Lanang
Lanang adalah tokoh yang sering bikin aku sebel dan uring-uringan waktu baca novel ini. Dia ini 'kesana-kemari, tikung sana-sini, cipok sana-sini', tepok jidat deeeeeh!

Dia pengen selalu dibuai wanita *aiiiiih, kayak kata lagu ini :P*.

Menurutku, sepatu untuk seorang petualang dan suka tikung adalah BOOTS seperti ini.

Sumber: http://www.zalora.co.id/Vegard-Shoes-94337.html

2. Menina
Menina ini bikin gemes deh, secara dia plin-plan gitu. Dia ga punya kemantapan hati gitu buat melangkah ke masa depan, mungkin dia belum ndengerin lagu ini. Soundtrack Menina itu lagu ini sih, makanya dia beraaat banget buat bilang good bye, padahal si Raisa sudah nyaranin ini.

Menina isn't brave enough to say GOODBYE so her life doesn't really reward her with a new HELLO.

Berdasarkan penjelasan saya di atas, maka sepatu yang cocok untuk Menina adalah FLAT SHOES berwarna monokrom. Karena sepatu flat dapat membuat pemakainya bebas bergerak, mengingat Menina seorang yang suka berpergian. Mengapa monokrom? Karena Menina selalu butuh kejelasan, hitam atau putih, bukan yang abu-abu. Hal inilah yang membuatnya menganggap hubungan dengan kekasihnya sedari zaman kuliah berakhir saat sang kekasih pamit padanya untuk melanglang buana dan jaraaaaang menghubunginya. Padahal saat pamit, sang kekasih tidak mengatakan PUTUS. Bagi Menina, bersama berarti harus tetap ada komunikasi secara intens. Ya gitu deh, bloggy paham maksudku kan? *agak maksa, soalnya ga tau mau njelasin gimana lagi, yang sederhana, tapi mudah dipahami -.-*.

Gambar sepatunya seperti ini.

Sumber: http://www.wondershoe.com/ballet-flats/400-jemima-gold.html

3. Dewo
Dewo ini laki-laki idamanku. Perhatian, cool, dan berani berkomitmen. Singkat kata, he's perfect! Bloggy bisa mbayangin ga rasanya dikasih birthday surprise trus diakhir acara dilamar? Pasti pada mupeng, hahaha :D, samaaaaaa aku juga mupeng *ehh jadi curhat*.

So, I think LOAFERS is the best choice for him :). Loafers' like this.

Sumber: http://www.zalora.co.id/Derby-Shoes-103450.html

Pacaran 10 bulan itu sudah 'cukup' membuat kita mengetahui seperti apa pasangan kita kan? Untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar pengambilan langkah berikutnya, mau dibawa kemana hubungan kita.

4. Sigit
Menurutku, Sigit ini tokoh yang paling mengenaskan nasibnya. Dia 'ditusuk' dari belakang sama sahabatnya sendiri :(. Sebelas-12 lah sama lagu ini. Selain itu, hubungan Sigit dengan istrinya juga kayak lagu ini, kalau curhatan Sigit dikasih nada, hohohoho. Aku heran, kenapa si istrinya itu ga bersyukur punya suami yang easy going dan romantis -_______-. Damn, you (Sigit's wife)!

Dilihat dari novel, Sigit ini seorang yang berperawakan ceking dan berkulit tembaga. Dia juga orang yang supel, setidaknya, ini dibuktikan dengan inisiatifnya yang banyak untuk melakukan tindakan pada korban gempa (ehm, ada gempanya lho bloggy. Penasaran? Just buy then read this nice book, bloggy :)).

Maka, menurut saya sepatu SNEAKER berwarna gelap, cocok untuknya. Gambarnya seperti di bawah ini.

Sumber: http://www.zalora.co.id/Aldrick-Sneaker-Twill-Canvas-131295.html

5. Ayako
Dari namanya yang 'bau-bau' Jepang, bloggy pasti sudah tau dong ya kalau Ayako ada unsur-unsur Jepang nya? Yaaa, Ayako memang orang Jepang, bener orang Jepang, bukan Njepang makanya namanya dikasih bau-bau Jepang :D. Meski orang Jepang, dia sudah cukup lancar berbahasa Indonesia kita tercinta ini :).

Kalau dilihat dari novel, Ayako itu sepertinya enerjik dan suka melakukan aktivitas sosial. Secara fisik, menurut novel di halaman ke-91, Ayako mungil, berkulit kuning langsat, berwajah polos tanpa make up, matanya sipit, dan berambut sangat pendek. Menurut saya, Ayako juga manja pada suami (manggilnya aja honey, trus coba deh baca halaman 92*eeeeerrr -.-*).

Jadi, menurut saya sepatu yang cocok untuknya adalah sepatu LOAFER colorful sehingga memberi kesan ceria toh warna kulitnya juga mendukung :D, seperti gambar di bawah ini.

Sumber: http://www.wondershoe.com/ikat-songket/383-padma-loafers.html
Girlie, anggun, dan dapat membuat geraknya bebas, tanpa rasa nyeri jika menggunakannya.



Kalau
boleh ngumpat, aku pengen banget ngumpat ke kedua tokoh wanita di novel ini, Menina dan istrinya Sigit (hayooo, pasti bloggy nebak-nebak siapa istrinya Sigit!). Entah mengapa, mereka berdua ini sama-sama meributkan pria yang ga saya banget. Sudah jelas-jelas mereka ini dikasih Tuhan lelaki yang baik hati, kok masiiiiiiiiiiih aja tolah-toleh ke belakang (si Menina) dan tolah-toleh ke samping (si istrinya Sigit) -___________-.

Oke, sekian bloggy dari aku :). Good night, sleep tight :*

Sabtu, 01 Maret 2014

Missing You Soooooo Bad

Sudah tiga kali berturut-turut, aku absen mengajar adik-adik Save Street Child Surabaya di Taman Bungkul. Rasanya kangeeeeen banget sama mereka, ga enak bangeeeeet, kayak ada yang hilang gitu...

Ini kali pertama dan semoga terakhir, aku absen ngajar (tapi sekalinya absen lama -.-). Mulai dari pertama kali aku gabung, aku selalu datang dikegiatan mengajar (kalau acara seperti piknik asik dan taman kata, aku memang ga pernah ikut, jumat sehat baru sekali ikut yang bener-bener ikut dari awal sampai akhir, sedangkan gathering pengajar, aku baru sekali ikut). Sebenarnya, aku pengin tetap bisa mengajar, tapi memang belum sekarang, se-ga-nya sampai minggu depan.

Ada beberapa orang yang bertanya mengapa aku mau mengajar padahal anak-anaknya 'menakutkan' dan padahal ga dibayar, malah ngeluarin uang. Mengapa aku mau berkorban buat orang yang bukan siapa-siapaku.

Sebenarnya, mereka bukan anak-anak yang menakutkan. Mereka sama seperti anak-anak yang lain, hanya keadaan dan lingkungan yang membuat mereka tampak berbeda dengan yang lainnya. Mereka sebenarnya adalah anak-anak manis, hanya lingkungan yang tidak mengajarkan mereka bersikap sopan dan bertutur-kata lembah-lembut. Maka dari itu, saya ingin membantu mereka menjadi anak-anak yang manis dan menunjukkan pada orang-orang yang mengganggapnya sebelah mata bahwa mereka BISA sama seperti anak-anak lainnya :). KALAU BUKAN KITA, SIAPA LAGI? *eaaaaa, nyontek jargonnya Save Street Child Surabaya :D*

Jujur, saat pertama mengajar, saya kaget, mereka tidak jarang membantah jika diingatkan, kata-kata kasar pun dengan mudah keluar dari mulut mereka. Tapi, saat ini, saya sudah sedikit terbiasa. Mereka membutuhkan teguran jika melakukan itu semua dan membalas bantahan mereka dengan kasih sayang, layaknya kita menyayangi saudara kita.

Susah ya? Lumayan, butuh kesabaran. Ga capek? Alhamdulillah, ga. Bener deh, mereka itu merupakan mood booster saya. Rasanya saya selalu punya kekuatan untuk terus menyiapkan bahan/permainan untuk pertemuan berikutnya, walaupun saya baru dapat mengerjakannya pada malam hari. Mereka membuat saya berarti karena kehadiran saya serasa dibutuhkan oleh mereka. Eits, jangan mikir yang muluk-muluk dulu! :D Sederhana saja, saat belajar dan mereka menghampiri saya untuk menanyakan tugas sekolah mereka atau mereka memberi feedback atas umpan yang saya beri, itu rasanya Subhanallah banget *senang luar biasa, capek hilang semua deh* :).

Ketika kita memberi materi, lalu mereka antusias atas penjelasan kita, atau ketika raut wajah gembira saat mereka mengerjakan evaluasi (soal) yang kita beri melalui permainan (untuk metode penyampaian materi dan evaluasi pengajaran, saya merasa sangat terbantu dengan ini), atau bahkan saat mereka mengatakan 'Kak, besok belajar lagi ya?' itu benar-benar menyenangkan dan tidak dapat digantikan oleh apapun. Mungkin terkesan lebay, but sure, they are my everything :). Makanya, saya sedih banget karena beberapa pertemuan terakhir ini, saya (terpaksa) absen.

Intermezo sebentar yaaa :)
Ini adalah gambar PIXEL MATH yang saya gunakan untuk mengevaluasi pemahaman materi matematika mereka (kelas V SD).

Ini soalnya, sengaja saya cetak warna-warni agar menarik dan setiap lembar berisi satu soal agar tidak terkesan banyak soalnya :). Saya hanya mengatakan, "Kakak punya permainan. Gampang banget kok, kalian tinggal jawab pertanyaan yang sudah kakak cetak warna-warni ini dengan benar. Kalau jawaban kalian benar, kalian akan mendapati kalimat pada lembar jawaban". Dengan semangat mereka mengerjakan soal sebanyak 59 soal. Dan mereka sangat enjoy karena tidak 'terlihat' jumlah soalnya.

Bayangkan jika soal dicetak warna hitam dan disatukan menjadi selembar HVS penuh? Waaaah, stres duluan deh. Soal UN matematika aja cuma 40 soal, lha ini cuma permainan kok soalnya sampai 59 soal, hahahaha :D

And this is the answer sheet :) Mereka dapat menjawab dengan benar sehingga mereka menemukan kalimat yang tersembunyi di lembar jawaban itu, yaitu "I ❤ SSCS". SSCS adalah singkatan dari Save Street Child Surabaya :).


Sedangkan ini adalah gambar PIXEL MATH yang saya gunakan untuk mengevaluasi pemahaman materi matematika murid les privat saya (kelas I SD).

Karena masih kelas I SD, maka soalnya pun 'hanya' seputar penjumlahan dan pengurangan dan berkisar 1 hingga 99. Soal saya tulis menggunakan kertas bufalo warna kuning dan hijau. Dia semangat loh :)

Daaan, lembar jawaban membentuk kalimat "I ❤ MATH". Saya sengaja memilih kalimat "I ❤ MATH" karena saya juga ingin memberi sugesti positif pada murid saya bahwa matematika adalah hal yang menyenangkan. SO, LET'S MAKE MATH PART OF OUR LIFE :). Matematika juga merupakan hal yang mudah karena tanpa kita sadari, kita telah melibatkan matematika dalam hidup kita, misalnya saat membeli makanan dan minuman di kantin. Bukankah inti dari matematika HANYA penjumlahan dan pengurangan? Kedua hal tersebut sangat mudah kan?:)
Murid saya ini mewarnainya menggunakan 2 warna, sesuai dengan warna soal. Jika soal berwarna hijau, maka dia akan memberi warna hijau di kotak jawabannya, begitu pula jika soalnya berwarna kuning. Maka dari itu, lembar jawaban ini berwarna hijau dan kuning, seperti warna soalnya :)


Balik lagi ke topik nih:
Mungkin, kebahagiaan bersama mereka yang membuat saya tidak merasa rugi karena harus 'bekerja' untuk mereka tanpa bayaran. Saya rasa, kebahagiaan yang saya terima dari kebersamaan dengan mereka adalah bayaran yang jauh lebih dari cukup. Boro-boro merasa rugi, saya malah bersyukur dan banyak belajar dari mereka. Misalnya mengenai kemandirian dan 'keras'nya hidup ini. Saya yang tidak perlu panas-panas atau bahkan hujan-hujan demi rupiah, masih sering kurang bersyukur. Sedangkan mereka, anak-anak kecil, harus panas-panas dan hujan-hujan lebih dahulu untuk mendapat uang agar mereka bisa makan dan diizinkan untuk belajar bersama kami, masih bisa tersenyum tulus dan tertawa lepas.

Mereka ini ga jarang loh belajar sambil membawa barang dagangan mereka. Bahkan di daerah belajar yang lain, ada anak yang dapat mulai belajar jika barang jualannya telah terjual habis. Rasanya itu yaaa Masyaallah, kasihan sekali :(. Bahkan ada yang ga pakai sandal. Suatu saat, saat murid les privat saya melihat foto beberapa adek-adek Save Street Child Surabaya ini



bertanya, "Loh, Bu, ini kok ga pake sandal?". Disinilah kesempatan saya mengajarkan murid saya itu untuk bersyukur karena mereka dapat bersekolah di sekolah yang sangat baik, bisa les apapun bahkan dengan mendatangkan guru ke rumah, dapat makan apapun dan kapanpun tanpa harus berjualan terlebih dahulu, liburan bahkan bisa sampai ke luar negeri, dan atas kemewahan lain yang mereka dapatkan. Cara bersyukurnya, 'cukup' dengan belajar yang rajin dan berprestasi. Sekarang, murid saya itu cukup sering bertanya, "Ibu habis ini mau baksos?" setelah saya mengajar mereka di sore hari karena mereka tahu saya mengajar di Taman Bungkul pukul 19.00.

Adik-adik, terima kasih karena kalian telah membuat hidupku lebih berwarna, semoga kita masih bisa bertemu dan bersama sampai kapanpun, aamiin :)

Semangatmu 'Menohokku' :)

Hari Minggu tanggal 23 Pebruari lalu, seperti biasa, saya mengajar adik-adik Ambengan Karya yang tergabung di komunitas Save Street Child Surabaya (sebenarnya, jadwal mengajar di Ambengan Karya adalah setiap Hari Minggu dan Senin, tapi saya hanya bisa mengajar Hari Minggu). Seperti biasa, adik-adik begitu bersemangat untuk belajar walaupun waktu belajar saat itu dilakukan saat jam enak-enaknya tidur siang (pukul 14.30). Mereka rela belajar dengan keadaan yang penuh sesak karena memang tempat belajarnya tidak terlalu besar sehingga kurang bisa memberi ruang gerak yang seharusnya diterima siswa yang sedang belajar. Belum lagi, usia dan jenjang pendidikan mereka yang beragam, dari TK sampai SMP kelas 3, ada di sini, sehingga tidak mengherankan jika suasana belajar di sini berisik. Tidak hanya berisik karena sahut-sahutan antara suara pengajar yang satu dengan yang lain, tapi juga suara adik-adik yang masih TK, SD kelas I dan II, bahkan yang sudah kelas besar pun masih ada, yang saling berebut tempat duduk, bertengkar, dan sebagainya.

Diantara sekitar 60 anak yang bersemangat belajar tersebut, ada satu anak perempuan yang membuat saya 'tertohok'. Namanya Linda. Dia baru kelas I SD, tapi semangat belajarnya luar biasa. Dia masih ikut belajar, saat badannya demam. Meskipun saya tidak menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuhnya, saya yakin suhu tubuhnya di atas normal.

Awalnya, saya tidak tahu jika dia demam, tapi dari awal, saya sudah merasa ada yang beda dari Linda yang biasanya. Dipertemuan itu, mata Linda agak merah (mungkin karena saking panasnya suhu tubuhnya). Saya pikir, dia habis nangis, ternyata ga. Waktu saya pegang tangannya, panas sekali.

Linda sangat antusias saat saya menanyakan hari itu dia mau belajar apa. Di daerah pembelajaran Ambengan Karya, pengajar mengikuti kemauan adik-adik dalam menentukan pelajaran yang akan dipelajari/dibahas saat itu. Jika adik-adik membawa tugas dari sekolah, ya mari dikerjakan di sini :). Jadi, sistem pembelajarannya seperti les privat, tidak seperti les secara klasikal di suatu lembaga bimbingan belajar, meski tidak selalu 1 pengajar meng-handle 1 adik (mengingat keterbatasan jumlah pengajar). Pembelajaran di Ambengan Karya ini berbeda dengan pembelajaran di tempat mengajar saya yang lain, yaitu Taman Bungkul. Di Taman Bungkul, para pengajar telah menentukan secara bersama-sama materi apa yang akan diajarkan/diberikan di setiap pertemuan. Biasanya, jadwal pelajaran/kegiatan telah ditentukan untuk kegiatan pembelajaran selama satu bulan kedepan. Meski demikian, pembelajaran di Taman Bungkul tidak berarti tidak dapat membantu/mengizinkan adik-adik yang membawa tugas sekolah. Mereka boleh bertanya/mengerjakan tugas sekolah saat pembelajaran, tapi jika tugas tersebut telah selesai dikerjakannya, dan masih ada waktu untuk belajar sesuai tema/pelajaran yang ditetapkkan, mereka DIMINTA segera mengikuti pembelajaran tersebut, tapi jika waktu belajar telah selesai, mereka dapat pulang atau bermain, seperti yang lain, tanpa mengikuti pembelajaran materi/tema hari itu.

Dan hari itu, Linda ingin belajar matematika karena dia tidak ada tugas dari sekolah dan merasa materi operasi pengurangan matematika kurang dipahaminya. Linda meminta saya membuatkan soal. Saat itu, saya tidak membawa/menyiapkan permainan yang dapat menarik perhatian anak-anak untuk belajar matematika, maka saya hanya membuat sepuluh soal penjumlahan di bukunya. Mengapa 'hanya' sepuluh soal? Karena mengerjakan banyak soal dapat menjenuhkan, terlebih bagi orang yang sakit. Waaah, bisa-bisa trauma duluan deh kalau besok-besok belajar matematika :D.

Sepuluh soal itu dikerjakan oleh Linda dengan benar semua *kaget sekaligus kagum kan. Alasan dia meminta belajar matematika karena kekurangpahamannya. Lah ini sudah benar semua kok masih merasa belum paham. Merasa pahamnya kalau bagaimana?*. Ternyata kesepuluh soal tersebut belum membuatnya puas sehingga dia masih terus meminta saya membuatkan soal hingga hari itu, dia mengerjakkan 30 soal matematika. Dan sebenarnya 30 soal itu masih belum membuatnya puas, tapi karena waktu belajar telah berakhir, maka Linda hanya dapat berkata, "Kak, besok belajar kayak gini lagi lho ya?"

Wiiiiih, keren ya? Dia ga bosan, padahal soalnya cuma ditulis di buku dan ditulis ga pakai bolpoin warna-warna (seperti saya biasa mengajar, agar menarik :)). Dia juga terlihat melupakan sakitnya, two thumbs up deh buat Linda. Saya jadi mikir kalau obat dan bentuk refreshing-nya Linda adalah mengerjakan soal matematika :D.

Saat belajar itu, Linda masih bisa hingga berkali-kali mengingatkan adiknya untuk serius belajar lhooo... *makin salut!*

Disitulah saya merasa disindir oleh anak kecil. Anak kecil, SD kelas I, SAKIT, tapi MASIH BELAJAR di tempat yang ga senyaman di sekolah. Saya apa kabar waktu kuliah? Remaja akhir, sehat, ruang kelas luas, tapi kadang males kuliah -______-.

Memang kita bisa belajar dan mencari role model dari siapapun, termasuk dari anak kecil. Sejak saat itulah, saya berusaha untuk ga malas, meski sekarang sudah lulus kuliah, tapi bukan berarti malas belajar kan? Kan katanya pingin kuliah lagi? *nanya ke diri sendiri :D* Pingin dapet beasiswa pula katanya? *hih, rasain tuh pertanyaannya makin mak jleb-jleb :D*



Sejak saat itu, saya mulai berusaha lebih rajin untuk belajar persiapan kuliah (lagi), belajar pelajaran SD untuk materi mengajar di komunitas Save Street Child Surabaya maupun mengajar les privat, atau untuk hal lainnya, rajin menulis di blog dan mencoba di media lagi, dan/atau ikut lomba menulis lagi, dan rajin beribadah (singkat kata, mau memenuhi janji ini pada diri sendiri).

Pokoknya STOP MALAS! Kalau ngikutin malas ya ga ada habisnya dan ga bisa buat kita jadi lebih baik.