Kamis, 24 April 2014

Kebahagiaanku, Kebahagiaanmu, Bahagianya Kita :)

Hallo bloggy :)

By the way, do you still remember about these -bekel, gobak sodor, mariam-mariam, kucing dan tikus-?

Ya, itu semua adalah permainan-permainan tradisional, permainan-permainan saya dan mungkin beberapa bloggy mainkan saat masih kecil dan mungkin saat ini dirindukan.

Jujur ya, saya kangeeen sekali dengan permainan-permainan semacam itu, termasuk patekong, petak umpet, lompat tali karet, cublek-cublek suweng, dan entah apalagi namanya. Saya sangat merindukannya!

Seingat saya, permainan tradisional terakhir yang saya mainkan adalah bekel dan lompat tali karet saat saya kelas 2 SD.

Kasihan banget ya? Hahahaha, kata para volunteer pengajar Save Street Child Surabaya, masa kecil saya sangat kurang bahagia, masa permainan gratis gitu aja ga dimainkan :D.

Saya kalem aja dibilang begitu karena saya tidak pernah merasa kurang bahagia. Meski tidak punya waktu untuk bermain, saya merasa bahagia dengan masa kecil saya (dan sekarang tentunya).

Saya bahagia walau masa kecil saya dihabiskan untuk belajar ulangan harian yang tiada hentinya dan segala PR sekolah karena saya bisa bahagia karena mendapat nilai yang cukup baik (zaman SD-SMP, alhamdulillah, saya tidak bego-bego banget, tapi kalau SMA, jangan ditanya. Baca saja ini :(). Saya sadar kalau saya tidak cerdas, maka modal utama saya ya ketekunan supaya saya dapat berada di baris depan.

Mengapa saya bilang ulangan harian dan PR yang tiada henti?
Sejak TK hingga SMA, saya sekolah di Yayasan Pendidikan PT Kertas Leces Persero, yayasan milik pabrik tempat bapak saya bekerja, yaitu Taruna Dra. Zulaeha. Sekolah ini menerapkan ulangan harian dan pemberian PR setiap hari, dari jenjang pendidikan SD-SMA, dimana jadwalnya telah sangat terorganisir (jadi tidak ada istilah ulangan mendadak di sekolah saya). Setiap bulan, saya mendapat jadwal yang diketik dan ditandatangani kepala sekolah itu. Kemudian, saya menyalinnya di buku KOSS (baca Ko S S). Setiap hari, ibu saya tanda tangan di buku itu, pun bila ulangan dibagikan, lalu saya menuliskannya di buku KOSS itu.

Setiap bulan pun saya menerima laporan bulanan berisi nilai-nilai mata pelajaran hasil ulangan-ulangan harian dan PR saya. CUKUP dengan melihat nilai berwarna hitam di laporan bulanan itu, saya merasa bahagia :). Makin bahagia kalau mendapat uang banyak dan hadiah dari orang tua, hahaha, karena nilai-nilai saya. Pssst, orang tua saya tidak keberatan lho mengeluarkan uang Rp 10.0000 untuk nilai 100, Rp 9.000 untuk nilai 90-99, dan Rp 8.000 (kalau ga salah) untuk nilai 80-89, setiap ulangan harian untuk menyemangati saya belajar :). Zaman segitu, iming-iming segitu mah menggiurkan sekali :D. Bisa dibayangkan berapa rupiah uang yang saya dapatkan dari ulangan-ulangan harian saya yang saya 'rindukan' sekarang ini, jika dalam sebulan, jadwal ulangan harian saya mencapai 25 kali? :D :D :D

Aah, saya merindukan masa itu, walau mungkin terkesan menyeramkan :D...

Saya bahagia walau malam minggu saya dihabiskan untuk mengerjakan PR matematika, atau mengerjakan latihan-latihan soal atas inisiatif saya sendiri karena jika nantinya saat guru saya menjadikan soal-soal itu sebagai PR, maka saya dapat bebas dan merasa menjadi 'malaikat penolong' karena hasil pekerjaan saya akan keliling kelas :D.

Saya bahagia walaupun saya harus selalu bangun sangaaat pagi agar tidak terlambat sekolah, seperti yang saya ceritakan di sini karena dengannya, saya bisa menjadi teratur seperti saat ini :).

Saya bahagia walau liburan sekolah saya 'hanya' dihabiskan dengan makan Holanda Coco Bear sambil bercerita apa saja dengan orang tua saya.

Sungguh 'sederhana' hal-hal yang membuat saya bahagia, atau mungkin saya terlampau mudah menciptakan bahagia (?) :).


Apalagi setelah saya melihat keadaan adik-adik Save Street Child Surabaya yang keadaannya tidak 'lebih baik' dari saya. Mereka sering tidak masuk sekolah karena kelelahan berjualan, sedangkan saat di usia mereka, saya dapat belajar dan mengerjakan PR dengan semangat dan tenang karena tidak kelelahan telah berpanas-panas dan berhujan-hujan demi rupiah. Saya dapat sampai sekolah tepat waktu karena bisa istirahat cukup, tapi adik-adik ini sering terlambat masuk sekolah karena mereka masih mengantuk saat bangun pagi karena tidurnya sudah terlalu larut malam, menunggu dagangannya habis terjual semua.

Semua perbedaan antara keadaan saya dan adik-adik ini yang membuat saya makin bersyukur dengan masa kecil saya yang katanya kurang bahagia :).


Okeee, mari kembali ke cerita awal saya yaaa, mengapa saya mendadak bertanya tentang permainan tradisional di awal posting.

Selasa tanggal 22 April, saat saya mengajar adik-adik Save Street Child Surabaya di Taman Bungkul, kami memainkan permainan-permainan itu. Sebenarnya, kemarin adalah jadwal kami untuk belajar matematika, tapi karena ada huru-hara, akhirnya kami bermain bekel, dilanjut dengan kucing dan tikus, lalu mariam-mariam (lama tidak bermain mariam-mariam, saya sukses melupakan keberadaan permainan ini -.-).

Senaaang sekali rasanya bisa bermain permainan-permainan itu karena selain mengobati kerinduan memainkan permainan-permainan itu, saya, sesama volunteer pengajar, dan adik-adik menjadi lebih akrab dan kompak :D. Misalnya, saat kami bermain kucing dan tikus, kami bekerja sama melindungi 'tikus' agar tidak tertangkap 'kucing'. Dan, wooow, kami berhasil melindungi 'tikus' hingga membutuhkan waktu yang sangaaat lama untuk mengakhiri permainan ini karena 'tikus' berlari sangat gesit, bahkan hingga ada adik yang mengatakan, "Haduh, kesel aku mbak ngadek thok kaet maeng" (itu ejaannya benar ga ya? :D Artinya, "Haduh, aku capek mbak daritadi berdiri terus") :D.

Sungguh, kemarin malam adalah malam yang membahagiakan, kami banyak tertawa, bahkan kami dapat tertawa lepas.

Kami dapat sangat bahagia tanpa 'kemewahan', bagaimana denganmu bloggy? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar